Kamis, 24 Mei 2012

Karena Ukuran Kita Tak Sama

copy paste dari catatan Irma Zahara

seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapiSeorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.
Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,

“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”
Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.
”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,
“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”

Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.
”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.
“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.
”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”
“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“
“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”
Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,
”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”

‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.
‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.

‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.
Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.

Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.
“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.
“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”

“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.
Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.
Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.
Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.
Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.

Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”
sepenuh cinta,






Minggu, 13 Mei 2012

Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Kenikmatan dan musibah adalah dua hal yang akan selalu bersama seorang hamba dalam kehidupan dunia ini. Sehingga kita dituntut untuk siap, bukan saja ketika menghadapi kenikmatan dengan syukur kepada Allah ta’ala, tetapi juga ketika menghadapi musibah dengan kesabaran. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan diantara sifat orang-orang yang beriman,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin itu, sesungguhnya setiap keadaannya baik –dan hal itu tidak mungkin ada kecuali pada diri seorang mukmin- yaitu ketika dia mendapati sebuah kenikmatan diapun bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa sebuah musibah diapun bersabar, maka itu juga kebaikan baginya.” [HR. Muslim, no. 7692 dari Sahabat yang mulia Shuhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu]
Telah banyak terjadi musibah jatuhnya pesawat yang menelan korban jiwa di negeri ini. Sebagai orang yang beriman hendaklah kita mampu mengambil pelajaran dari setiap musibah yang kita saksikan atau dengarkan. Karena sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala telah memperingatkan dalam Al-Qur’an bahwa diantara hikmah adanya musibah adalah dua perkara:
Pertama: Musibah adalah Ujian bagi Orang-orang yang Beriman
Sebagaimana firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun”.” (Al-Baqarah: 155-156)
Dan subhanallah, ternyata di balik musibah ada sejumlah kebaikan yang sangat besar, diantaranya adalah pahala tanpa batas jika seorang yang ditimpa musibah itu bersabar dan terhapusnya dosa-dosa.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanyalah orang-orang yang sabar itu pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
“Tidaklah ada suatu musibah yang menimpa seorang muslim, hingga duri yang menusuknya, kecuali itu akan menjadi penghapus dosanya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah timpakan kepada mereka bala’, barangsiapa ridho dengannya maka Allah pun ridho kepadanya, barangsiapa yang marah dengannya maka Allah pun marah kepadanya.” [HR. At-Tirmidzi dari Sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihil Jami’, no. 2110]
Dengan semua keutamaan-keutamaan ini, maka tidak heran kalau Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya maka Allah akan timpakan kepadanya musibah.” [HR. Al-Bukhari dari Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Kedua:  Musibah adalah Azab bagi Pelaku Dosa
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (Asy-Syuraa: 30)
Juga firman-Nya:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami adzab disebabkan dosanya. Diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan (dalam air), dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-’Ankabut: 40)
Bagaimana Menghindari Musibah
Bersyukurlah bagi orang yang masih diberikan kesempatan hidup setelah tertimpa musibah, karena itu berarti dia masih diberi kesempatan untuk bertaubat. Adapun bagi pelaku dosa yang belum mendapatkan musibah maka hendaklah segera bertaubat dan memohon ampun atas dosa-dosanya agar Allah jalla wa ‘ala tidak menimpakan adzab kepadanya.
Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan, bahwa taubat dan istighfar adalah diantara sebab yang menghalangi datangnya adzab. Sebagaimana firman-Nya:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu (wahai Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka senantiasa memohon ampun.” [Al-Anfal: 33]
Juga diantara sebab yang dapat menahan adzab Allah ta’ala adalah ditegakkannya amar ma’ruf nahi munkar. Apabila maksiat tersebar pada suatu kaum, lalu tidak ada diantara mereka orang-orang yang berusaha menasihati para pelaku maksiat maka bisa jadi Allah ta’ala akan menimpatkan adzab kepada kaum itu seluruhnya, baik pelaku maksiatnya maupun orang-orang baik yang mendiamkan perbuatan dosa dilakukan di depan matanya. Inilah makna firman Allah ta’ala:
وَاتَّقُواْ فِتْنَةً لاَّ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمْ خَآصَّةً وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan takutlah kepada fitnah (adzab) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfal: 25]
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga pernah memberikan perumpamaan akan bahayanya membiarkan perbuatan maksiat terjadi di tengah-tengah kita,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
“Perumpamaan orang yang taat kepada Allah ta’ala dan orang yang bermaksiat kepada-Nya adalah bagaikan suatu kaum yang berundi untuk naik kapal. Pada akhirnya sebagian menempati bagian atas dan sebagian lagi menempati bagian bawah. Lalu orang-orang yang menempati bagian bawah apabila membutuhkan air harus melewati bagian atas, maka mereka pun mengatakan, “Bagaimana seandainya kita lubangi saja bagian bawah kapal ini untuk mengambil air sehingga kita tidak mengganggu orang-orang yang menempati bagian atas.” Maka apabila orang-orang yang ada pada bagian atas itu membiarkan apa yang mereka inginkan nisacaya mereka akan binasa (tenggelam) semuanya, akan tetapi jika mereka mencegah perbuatan tersebut maka mereka akan selamat dan semuanya selamat.” [HR. Al-Bukhari dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
Oleh karena itu, sangat penting sekali kita berusaha menasihati para pelaku maksiat agar tidak ditimpakan adzab yang sangat mungkin akan mengenai kita jika kita tidak berusaha merubah kemungkaran.
Maka melalui artikel ini kami mengajak kepada para pembaca yang budiman untuk senantiasa bertaubat kepada Allah ta’ala dan meninggalkan perbuatan dosa. Dan ketahuilah, dosa yang paling wajib kita tinggalkan adalah dosa syirik, kemudian bid’ah, kemudian al-kabaair (dosa-dosa besar), kemudian ash-shogaair (dosa-dosa kecil).
Sebagaimana kami juga mengajak untuk membudayakan saling menasihati kapan dan di manapun kita berada, dan lebih penting lagi ketika kita melihat kemaksiatan terjadi di depan kita.
Maka diantara nasihat yang ingin kami sampaikan di sini adalah nasihat kepada para kru pesawat, dan khususnya kepada pramugrari, lebih khusus lagi kepada pramugari muslimah.
Takutlah kepada Allah ta’ala, sesungguhnya di pundak kalian diserahkan tanggung jawab keselamatan penerbangan, hindarilah sebab musibah terbesar, yaitu perbuatan dosa sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas.
Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat
Hendaklah kita menyadari, sungguh diantara hal yang sangat menakutkan ketika naik pesawat bukanlah karena cuaca yang kurang bagus atau mesin pesawat yang mungkin bermasalah, tetapi yang lebih patut dikhawatirkan adalah kemaksiatan yang dilakukan oleh para kru pesawat maupun penumpangnya. Dimana dalam keadaan mereka sangat membutuhkan pertolongan Allah ta’ala pun mereka masih berani berbuat maksiat, yang oleh orang-orang kafir di zaman Jahiliyah, tidak berani melakukannya. Sebagaimana yang Allah ta’ala kabarkan dalam Al-Qur’an,
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka menaiki kapal (dalam keadaan takut tenggelam) maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan memurnikan agama hanya bagi-Nya, namun ketika Allah ta’ala menyelamatkan mereka sampai ke daratan tiba-tiba mereka kembali menyekutukan-Nya.” (Al-‘Ankabut: 65)
Dan diantara kemaksiatan yang sangat menakutkan di pesawat adalah pakaian para pramugari yang seronok, menampakkan auratnya ataupun pakaian yang sangat ketat sehingga menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. Dua hal yang sangat menakutkan dari dosa ini adalah,
Pertama: Musibah terjadinya kecelakaan penerbangan.
Kedua: Musibah secara pribadi bagi laki-laki, yaitu terkena panah setan di hatinya.
Keduanya sama-sama bahaya, bahkan yang kedua lebih berbahaya. Kalau musibah yang pertama resiko paling besar hanyalah matinya jasad, sedangkan yang kedua adalah matinya hati. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi laki-laki dibanding wanita.” [HR. Al-Bukhari dari Sahabat yang mulia Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhuma]
Oleh karena itu, agama Islam yang mulia ini telah memberikan sejumlah peringatan khusus kepada kaum wanita untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, janganlah menjadi sebab terjerumusnya kaum laki-laki kepada kerusakan-kerusakan.
Apabila Anda telah menyadari hal ini, maka dengan mudah Anda akan memahami apa hikmahnya Allah ta’ala memerintahkan wanita untuk tinggal di rumahnya, jangan keluar kecuali untuk suatu keperluan yang sangat mendesak. Bersamaan dengan itu Allah tabaraka wa ta’ala mewajibkan bagi laki-laki untuk menafkahi wanita, sehingga wanita tidak sepatutnya keluar rumah meskipun dengan alasan mencari nafkah.
Allah ta’ala berfirman,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى
“Dan tetap tinggallah kalian wahai para wanita di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian bersolek seperti bersoleknya jahiliyah dulu.” [Al-Ahzab: 33]
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan bagaimana setan menjadikan wanita sebagai alat untuk menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan kemaksiatan,
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar (dari rumahnya), setan akan menghiasinya.” [HR. At-Tirmidzi, no. 1173 dari Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dishahihkan oleh Al-Albani]
Al-Imam Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan makna hadits ini,
( فإذا خرجت استشرفها الشيطان ) أي زينها في نظر الرجال وقيل أي نظر إليها ليغويها ويغوى بها والأصل في الاستشراف رفع البصر للنظر إلى الشيء
“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal (الاستشراف) adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.” [Tuhfatul Ahwadzi, 4/283]
Syarat-syarat Pakaian Muslimah
Jika seorang wanita terpaksa harus keluar dari rumahnya karena suatu kebutuhan yang mendesak maka hendaklah dia berhias dengan adab-adab Islami, diantaranya adalah dengan menggunakan pakaian muslimah dengan memenuhi syarat-syaratnya sesuai syari’at, secara ringkas sebagai berikut:
1. Menutupi seluruh tubuh.  Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Al-Ahzab: 59)
2. Pakaian tersebut bukan sebuah perhiasan. Karena tujuan pakaian syar’i bagi muslimah adalah untuk menutupi perhiasannya. Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاء بُعُولَتِهِنَّ
”Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka.” (An-Nur: 31)
3. Tidak ketat dan tidak pula tipis. Inilah pakaian yang diperingatkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَ
“Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, satu kaum yang selalu bersama cambuk bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya mereka memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang. Mereka berjalan dengan melenggak-lenggok menimbulkan fitnah (godaan). Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk ke dalam surga. Dan mereka tidak mencium baunya. Dan sungguh bau surga itu bisa tercium dari jarak demikian dan demikian”. [HR. Muslim dari Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
4. Tidak mengenakan harum-haruman. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا رِيحَهَا فَهِىَ زَانِيَةٌ وَكُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ
“Siapa saja wanita yang memakai wewangian dengan tujuan agar kaum pria mencium bau harumnya, maka dia adalah pezina.” [HR. An-Nasai, no. 5126 dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, dihasankan oleh Al-Albani]
5. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir atau fasik. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka.” [HR. Abu Daud, no. 4033 dari Sahabat yang mulia Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dihasankan oleh Al-Albani]
6. Tidak menyerupai Pakaian Laki-laki. Sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الْمُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, dan wanita yang menyerupai laki-laki.” [HR. Al-Bukhari no. 5885]
7. Bukan pakaian ketenaran. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ
“Barangsiapa mengenakan pakaian ketenaran di dunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat.” [HR. Ibnu Majah, no. 3606 dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dihasankan oleh Al-Albani]
Semoga Allah ta’ala memperbaiki kaum muslimin seluruhnya.

BEBERAPA KERUSAKAN DI DALAM PESAWAT SUKHOI SEBELUM KECELAKAAN -PICS- (BAHAYA-BAHAYA DI DALAM PESAWAT)

Inilah sebagian kerusakan di dalam pesawat Sukhoi sebelum kecelakaan…

Foto penumpang Sukhoi pesta Khamer (minuman keras) di dalam pesawat sebelum kecelakaan:




Pamer Aurat (tidak berhijab) dan tabarruj (bersolek di muka umum):




Ikhtilat (campur baur dengan yang bukan mahram):



Wala (loyal) kepada orang-orang kafir:


Bahaya-bahaya di Dalam Pesawat
Kenikmatan dan musibah adalah dua hal yang akan selalu bersama seorang hamba dalam kehidupan dunia ini. Sehingga kita dituntut untuk siap, bukan saja ketika menghadapi kenikmatan dengan syukur kepada Allah ta’ala, tetapi juga ketika menghadapi musibah dengan kesabaran. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan diantara sifat orang-orang yang beriman,
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin itu, sesungguhnya setiap keadaannya baik –dan hal itu tidak mungkin ada kecuali pada diri seorang mukmin- yaitu ketika dia mendapati sebuah kenikmatan diapun bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa sebuah musibah diapun bersabar, maka itu juga kebaikan baginya.” [HR. Muslim, no. 7692 dari Sahabat yang mulia Shuhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu]
Telah banyak terjadi musibah jatuhnya pesawat yang menelan korban jiwa di negeri ini. Sebagai orang yang beriman hendaklah kita mampu mengambil pelajaran dari setiap musibah yang kita saksikan atau dengarkan. Karena sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala telah memperingatkan dalam Al-Qur’an bahwa diantara hikmah adanya musibah adalah dua perkara:
Pertama: Musibah adalah Ujian bagi Orang-orang yang Beriman
Sebagaimana firman-Nya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun”.” (Al-Baqarah: 155-156)
Dan subhanallah, ternyata di balik musibah ada sejumlah kebaikan yang sangat besar, diantaranya adalah pahala tanpa batas jika seorang yang ditimpa musibah itu bersabar dan terhapusnya dosa-dosa.
Allah ta’ala berfirman:
“Hanyalah orang-orang yang sabar itu pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah ada suatu musibah yang menimpa seorang muslim, hingga duri yang menusuknya, kecuali itu akan menjadi penghapus dosanya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya Allah ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah timpakan kepada mereka bala’, barangsiapa ridho dengannya maka Allah pun ridho kepadanya, barangsiapa yang marah dengannya maka Allah pun marah kepadanya.” [HR. At-Tirmidzi dari Sahabat yang mulia Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihil Jami’, no. 2110]
Dengan semua keutamaan-keutamaan ini, maka tidak heran kalau Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya maka Allah akan timpakan kepadanya musibah.” [HR. Al-Bukhari dari Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
Kedua:  Musibah adalah Azab bagi Pelaku Dosa
Allah ta’ala berfirman:
“Dan musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (Asy-Syuraa: 30)
Juga firman-Nya:
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami adzab disebabkan dosanya. Diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan (dalam air), dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-’Ankabut: 40)
Bagaimana Menghindari Musibah
Bersyukurlah bagi orang yang masih diberikan kesempatan hidup setelah tertimpa musibah, karena itu berarti dia masih diberi kesempatan untuk bertaubat. Adapun bagi pelaku dosa yang belum mendapatkan musibah maka hendaklah segera bertaubat dan memohon ampun atas dosa-dosanya agar Allah jalla wa ‘ala tidak menimpakan adzab kepadanya.
Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan, bahwa taubat dan istighfar adalah diantara sebab yang menghalangi datangnya adzab. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu (wahai Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka senantiasa memohon ampun.” [Al-Anfal: 33]
Juga diantara sebab yang dapat menahan adzab Allah ta’ala adalah ditegakkannya amar ma’ruf nahi munkar. Apabila maksiat tersebar pada suatu kaum, lalu tidak ada diantara mereka orang-orang yang berusaha menasihati para pelaku maksiat maka bisa jadi Allah ta’ala akan menimpatkan adzab kepada kaum itu seluruhnya, baik pelaku maksiatnya maupun orang-orang baik yang mendiamkan perbuatan dosa dilakukan di depan matanya. Inilah makna firman Allah ta’ala:
“Dan takutlah kepada fitnah (adzab) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfal: 25]
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga pernah memberikan perumpamaan akan bahayanya membiarkan perbuatan maksiat terjadi di tengah-tengah kita,
“Perumpamaan orang yang taat kepada Allah ta’ala dan orang yang bermaksiat kepada-Nya adalah bagaikan suatu kaum yang berundi untuk naik kapal. Pada akhirnya sebagian menempati bagian atas dan sebagian lagi menempati bagian bawah. Lalu orang-orang yang menempati bagian bawah apabila membutuhkan air harus melewati bagian atas, maka mereka pun mengatakan, “Bagaimana seandainya kita lubangi saja bagian bawah kapal ini untuk mengambil air sehingga kita tidak mengganggu orang-orang yang menempati bagian atas.” Maka apabila orang-orang yang ada pada bagian atas itu membiarkan apa yang mereka inginkan nisacaya mereka akan binasa (tenggelam) semuanya, akan tetapi jika mereka mencegah perbuatan tersebut maka mereka akan selamat dan semuanya selamat.” [HR. Al-Bukhari dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
Oleh karena itu, sangat penting sekali kita berusaha menasihati para pelaku maksiat agar tidak ditimpakan adzab yang sangat mungkin akan mengenai kita jika kita tidak berusaha merubah kemungkaran.
Maka melalui artikel ini kami mengajak kepada para pembaca yang budiman untuk senantiasa bertaubat kepada Allah ta’ala dan meninggalkan perbuatan dosa. Dan ketahuilah, dosa yang paling wajib kita tinggalkan adalah dosa syirik, kemudian bid’ah, kemudian al-kabaair (dosa-dosa besar), kemudian ash-shogaair (dosa-dosa kecil).
Sebagaimana kami juga mengajak untuk membudayakan saling menasihati kapan dan di manapun kita berada, dan lebih penting lagi ketika kita melihat kemaksiatan terjadi di depan kita.
Maka diantara nasihat yang ingin kami sampaikan di sini adalah nasihat kepada para kru pesawat, dan khususnya kepada pramugrari, lebih khusus lagi kepada pramugari muslimah.
Takutlah kepada Allah ta’ala, sesungguhnya di pundak kalian diserahkan tanggung jawab keselamatan penerbangan, hindarilah sebab musibah terbesar, yaitu perbuatan dosa sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas.
Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat
Hendaklah kita menyadari, sungguh diantara hal yang sangat menakutkan ketika naik pesawat bukanlah karena cuaca yang kurang bagus atau mesin pesawat yang mungkin bermasalah, tetapi yang lebih patut dikhawatirkan adalah kemaksiatan yang dilakukan oleh para kru pesawat maupun penumpangnya. Dimana dalam keadaan mereka sangat membutuhkan pertolongan Allah ta’ala pun mereka masih berani berbuat maksiat, yang oleh orang-orang kafir di zaman Jahiliyah, tidak berani melakukannya. Sebagaimana yang Allah ta’ala kabarkan dalam Al-Qur’an,
“Maka apabila mereka menaiki kapal (dalam keadaan takut tenggelam) maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan memurnikan agama hanya bagi-Nya, namun ketika Allah ta’ala menyelamatkan mereka sampai ke daratan tiba-tiba mereka kembali menyekutukan-Nya.” (Al-‘Ankabut: 65)
Dan diantara kemaksiatan yang sangat menakutkan di pesawat adalah pakaian para pramugari yang seronok, menampakkan auratnya ataupun pakaian yang sangat ketat sehingga menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. Dua hal yang sangat menakutkan dari dosa ini adalah,
Pertama: Musibah terjadinya kecelakaan penerbangan.
Kedua: Musibah secara pribadi bagi laki-laki, yaitu terkena panah setan di hatinya.
Keduanya sama-sama bahaya, bahkan yang kedua lebih berbahaya. Kalau musibah yang pertama resiko paling besar hanyalah matinya jasad, sedangkan yang kedua adalah matinya hati. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan,
“Tidaklah aku tinggalkan fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi laki-laki dibanding wanita.” [HR. Al-Bukhari dari Sahabat yang mulia Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhuma]
Oleh karena itu, agama Islam yang mulia ini telah memberikan sejumlah peringatan khusus kepada kaum wanita untuk bertakwa kepada Allah ta’ala, janganlah menjadi sebab terjerumusnya kaum laki-laki kepada kerusakan-kerusakan.
Apabila Anda telah menyadari hal ini, maka dengan mudah Anda akan memahami apa hikmahnya Allah ta’ala memerintahkan wanita untuk tinggal di rumahnya, jangan keluar kecuali untuk suatu keperluan yang sangat mendesak. Bersamaan dengan itu Allah tabaraka wa ta’ala mewajibkan bagi laki-laki untuk menafkahi wanita, sehingga wanita tidak sepatutnya keluar rumah meskipun dengan alasan mencari nafkah.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan tetap tinggallah kalian wahai para wanita di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian bersolek seperti bersoleknya jahiliyah dulu.” [Al-Ahzab: 33]
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan bagaimana setan menjadikan wanita sebagai alat untuk menjerumuskan manusia kepada kesesatan dan kemaksiatan,
“Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar (dari rumahnya), setan akan menghiasinya.” [HR. At-Tirmidzi, no. 1173 dari Sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dishahihkan oleh Al-Albani]
Al-Imam Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan makna hadits ini,
“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal adalah mengangkat pandangan untuk melihat sesuatu.” [Tuhfatul Ahwadzi, 4/283]
Syarat-syarat Pakaian Muslimah
Jika seorang wanita terpaksa harus keluar dari rumahnya karena suatu kebutuhan yang mendesak maka hendaklah dia berhias dengan adab-adab Islami, diantaranya adalah dengan menggunakan pakaian muslimah dengan memenuhi syarat-syaratnya sesuai syari’at, secara ringkas sebagai berikut:
1. Menutupi seluruh tubuh.  Allah ta’ala berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Al-Ahzab: 59)
2. Pakaian tersebut bukan sebuah perhiasan. Karena tujuan pakaian syar’i bagi muslimah adalah untuk menutupi perhiasannya. Allah ta’ala berfirman:
”Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka.” (An-Nur: 31)
3. Tidak ketat dan tidak pula tipis. Inilah pakaian yang diperingatkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
“Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, satu kaum yang selalu bersama cambuk bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya mereka memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang. Mereka berjalan dengan melenggak-lenggok menimbulkan fitnah (godaan). Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring. Mereka tidak masuk ke dalam surga. Dan mereka tidak mencium baunya. Dan sungguh bau surga itu bisa tercium dari jarak demikian dan demikian”. [HR. Muslim dari Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
4. Tidak mengenakan harum-haruman. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa saja wanita yang memakai wewangian dengan tujuan agar kaum pria mencium bau harumnya, maka dia adalah pezina.” [HR. An-Nasai, no. 5126 dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, dihasankan oleh Al-Albani]
5. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir atau fasik. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka.” [HR. Abu Daud, no. 4033 dari Sahabat yang mulia Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dihasankan oleh Al-Albani]
6. Tidak menyerupai Pakaian Laki-laki. Sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita, dan wanita yang menyerupai laki-laki.” [HR. Al-Bukhari no. 5885]
7. Bukan pakaian ketenaran. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mengenakan pakaian ketenaran di dunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat.” [HR. Ibnu Majah, no. 3606 dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dihasankan oleh Al-Albani]
Semoga Allah ta’ala memperbaiki kaum muslimin seluruhnya.
(Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat, oleh ust. Sofyan Chalid bin Idham Ruray)

Referensi:
- http://nasihatonline.wordpress.com
- Sumber foto: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=14387096
- Sumber foto: http://kaskus-us.blogspot.com/2012/05/foto-penumpang-sukhoi-pesta-bir-sebelum.html
- http://gizanherbal.wordpress.com

Kamis, 10 Mei 2012

BASUHLAH , JIKA BERDEBU

Perjalanan ke kantor dari rumah, sebenarnya hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Tetapi beberapa menit itu mampu membuat wajah ini berdebu dan lumayan kotor. Debu yang dihempas angin, atau asap knalpot yang tak ramah menempel di wajah dan tubuh. Sehingga mau tak mau ada aktivitas rutin ketika tiba di kantor, yakni mencuci wajah.

Ya, tidak betah rasanya bekerja dengan wajah kusam dan berdebu. Begitu pun setelah makan siang di luar kantor. Meski sebelum makan siang wajah ini sudah terbasuh oleh air wudhu, namun terasa kotor lagi setelah keluar kantor. Maka, wajah pun harus dibasuh lagi sebelum melanjutkan aktivitas kantor. Begitu seterusnya setiap kali keluar kantor, tetap saja merasa ada debu-debu yang melekat di wajah.

Bahkan pernah sesekali, saking kotornya setelah perjalanan jauh dan setibanya di kantor langsung mandi. Ini lantaran tak hanya debu yang melekat di wajah, sesaat setelah cium sisi kiri kanan tubuh, wuihh… bau matahari! Jadilah saat itu juga menyegarkan diri dengan mandi.

Meski sudah mandi di kantor. Nanti setibanya di rumah, biasanya tetap mandi lagi. Maklum perjalanan dari kantor hingga ke rumah pasti membawa debu dan aroma jalan raya yang tak semestinya ikut bersemayam di tempat tidur. Bercengkerama dengan anak-anak dan isteri di rumah pun pasti tak nyaman bila tubuh ini masih kotor. Setelah segar, keluarga pun tak ragu untuk memeluk dan mencium. Jelas, karena aroma jalan raya sudah luntur terbasuh air segar.

Begitulah sehari-hari, selalu tak nyaman bila wajah ini berdebu. Selalu dan melulu berusaha untuk membersihkannya agar nampak segar dan berseri. Wajah yang bersih, selain sedap dipandang juga menyenangkan.

***

Kalau lah kita sering merasa terganggu dengan debu yang kerap menempel di wajah, kotoran yang melekat di tubuh, serta aroma jalanan yang hinggap menyertai. Sehingga merasa perlu untuk membasuhnya dengan air yang segar. Bahkan jika merasa terlalu kotor, tak cukup hanya membasuh wajah, kita pun segera mandi untuk menghilangkan semua noda di tubuh. Hal ini setiap hari dan setiap kali kita kerjakan, dan telah menjadi kebiasaan.

Jika demikian, semestinya perasaan tak nyaman seperti ini kita terapkan pula berkenaan dengan noda lain yang tak nampak. Wajah kita memang tak kusam terkena noda ini, tubuh pun tak terlihat kotor karena orang lain memang tak akan melihatnya. Lantaran hati ini yang sering ternoda, dan hanya kita yang bisa melihat dan merasainya. Sudahkah kita terus menerus membasuhnya? Atau jika terlalu pekat noda itu, tentu tak cukup hanya membasuh. Kita perlu air yang lebih banyak untuk membersihkannya.


Ini nasihat untuk diri pribadi, agar selalu ingat untuk membasuh hati tatkala ternoda. Seingat ketika wajah ini tak nyaman setiap kali banyak debu melekat. Astaghfirullah wa’atuubu ilaih…

GORESAN HATI SEORANG HAMBA

~**Renungan Hikmah Hati Seorang Hamba**~

Aku tak tahu lagi berapa banyak khilaf yang aku lakukan betapa banyak dosa yang aku kerjakan mulai mendekati akan sesuatu yang Engkau larang sampai kepada meninggalkan yang Engkau perintahkan

Aku sudah tak tahu lagi berapa rezeki yang aku dapatkan betapa banyak orang miskin yang aku terlantarkan.
aku sudah tak mampu menghitung lagi berapa banyak aku melakukan sesuatu yang sia-sia.

Betapa banyak aku menggunakan waktu yang tak ada gunanya sejak membuka mata memulai aktivitas dunia
sampai kembali ke tempat tidur mengistirahatkan tubuh yang bekerja tak kenal lelah.

Ya ALLAH,
Engkau perintahkan agar manusia berbuat kebajikan tanpa banyak mengharap balasan tetapi aku berbuat demi imbalan
Engkau ciptakan surga buat kekasih-Mu tetapi aku berusaha meraihnya tanpa peduli pada-Mu ampuni dosaku Ya Aziz, Engkaulah Dzat Yang Maha Perkasa Ya Ghafuur, Engkaulah Dzat Yang Maha Pengampun Ya Affuw, Engkaulah Dzat Yang Maha Pemaaf segala kesalahan ampuni dosa, khilaf, dan salahku semuanya ampuni dosa, khilaf, dan salah saudaraku sedunia ampuni dosa, khilaf, dan salah orang tuaku tercinta yang melahirkan, membesarkan, mengasihi, dan menyayangi sejak kecil hingga dewasa Rabbi, tak sesuatu pun yang mampu menolongku kecuali kasih sayang-Mu semata hanya ampunan-Mu yang aku harapkan hanya maaf-Mu yang aku nantikan hanya ridho-Mu yang akan membuat kuterselamatkan Yaa Hayyu, Yaa Qayyuum.

Aku hanyalah sebutir pasir di padang tak berbatas setitik air di samudra yang luas tak mampu aku hidup sendiri tanpa Engkau disisiku tak akan sanggup aku hidup sendiri tanpa bersama-Mu Wahai Dzat Yang Maha Hidup Yang Maha Berdiri Sendiri, ….laa ilaaha illaa anta….

ALLAH Menjawab, “Wahai anak adam, sesungguhnya jika kamu berdoa kepada-Ku dan mengharapkan Aku maka Aku mengampunimu, dan Aku tidak peduli atas apa yang ada padamu. Wahai anak adam, sekalipun dosa-dosamu mencapai setinggi langit kemudian kamu mau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak adam, sekalipun kamu datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu menemui-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan menemuimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi” (HR. At Tirmidzi)

Semoga dapat bermanfaat , Salam ukhuwah islamiyah fillah :-)
~ lintasan hati ~
♥ღ ♥ ♥_TAKE HIKMAH_♥♥♥♥

"ANDAI AKU DI MAKAMKAN"

''ANDAI HARI INI AKU DIMAKAMKAN"


Hari ini ku mati,
Perlahan...
Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan...
Semua pergi meninggalkanku...
Masih terdengar jelas langkah² terakhir mereka,
Aku sendirian,
Di tempat gelap yg tak pernah terbayang,
Sendiri,
Menunggu pertanyaan malaikat...
Belahan hati,
Belahan jiwa pun pergi.
Apa lagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa² lagi bagi mereka...
Sanak keluarga menangis,
Sangat pedih,
Aku pun demikian,
Tak kalah sedih...
Tetapi aku tetap sendiri,
Disini, menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin.
Tobat tak lagi dianggap,
Dan maaf pun tak bakal didengar,
Aku benar² harus sendiri...
Ya ALLAH jika Engkau beri aku 1 lagi kesempatan,
jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milikMU,
Untuk aku perbaiki diriku,
Aku ingin memohon maaf pada mereka...
Yg selama ini telah merasakan zalimku,
Yg selama ini sengsara karena aku,
Tersakiti karena aku...
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yg telah kukumpulkan,
Yg bahkan kumakan,
Yaa ALLAH Beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
Untuk berbakti kepada ayah & ibu tercinta...
Teringat kata² kasar & keras yg menyakitkn hati mereka,
Maafkan aku ayah & ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu,
Beri juga ya ALLAH aku waktu untuk berkumpul dgn keluargaku,
Menyenangkan saudara²ku..
Untuk sungguh² beramal soleh.
Aku sungguh ingin bersujud dihadapan-Mu lebih lama lagi..
Begitu menyesal diri ini.
Kesenangan yg pernah kuraih dulu,
Tak ada artinya sama sekali...
Mengapa kusia²kan waktu hidup yg hanya sekali itu...?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu...
Aku dimakamkan hari ini
Dan ketika semua menjadi tak termaafkan
Dan ketika semua menjadi terlambat
Dan ketika aku harus sendiri...
Untuk waktu yg tak terbayangkan sampai yaumul hisab & dikumpulkan di Padang Masyar...
Ya RABB sampaikan salamku utk sahabatku yg selalu mengingatkanku akan hari terakhirku didunia

KISAH KESAKSIAN SEORANG WANITA ISLAM YG DI MURTADKAN

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Bismillahirrahmanirrahim...

~ CINTA MEMBUAT AKU MURTAD ~

Aku seorang wanita berusia 27 tahun. Dua tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak ke dunia. Hanya saja mungkin keadaanku sebagai seorang ibu berbeda dengan ibu-ibu yang lain. Mereka senantiasa memandang wajah putra dan putrinya dengan tatapan kasih sayang, bangga dan penuh cinta. Sedangkan aku? Yang kudapat saat menatap bola matanya adalah kepedihan yang teramat perih dari kisi-kisi hati yang tersayat sesal.


Sebelum peristiwa pahit itu menyapa dalam hidupku, kehidupanku yang sederhana senantiasa diliputi oleh ketenangan. Aku bahagia dengan keadaanku, dengan rutinitasku. Setiap hari kujalani dengan hati yang riang sebagai seorang wanita. Kebanggaanku pada kehormatan yang senantiasa kujaga demi satu mimpi mendapatkan keluarga yang bahagia suatu saat nanti. Hingga sosok itu hadir menghancurkannya.


Peristiwa itu bermula saat aku bekerja sebagai salah satu staf tata usaha di sebuah akademi kesehatan di kota Daeng. Aku berkenalan dengan dengan seorang pria yang mengaku bujang. Dia juga bekerja sebagai staf tata usaha di kampus tempatku bekerja, namun jabatannya lebih tinggi dariku.


Seperti kata orang, “mulanya biasa saja,” yah, memang semuanya biasa saja. Saling ber-say hello, bercerita, bercanda, bertegur sapa. Sesuatu yang lazim dilakukan oleh sesama pegawai staf. Apalagi dalam satu kantor. Hingga waktu terus berjalan seiring dengan hubungan kami yang begitu akrab. Semuanya mulai menjadi sesuatu yang tidak biasa lagi.


Jujur saja, dalam hal agama, pengetahuanku memang tidak terlalu dalam. Orang mungkin biasa mengatakannya “awam”. Di alam pikiranku, bergaul dengan lawan jenis itu adalah sesuatu yang biasa. Seperti yang terjadi ditengah masyarakat. Apalagi aku dilahirkan dari lingkungan keluarga yang pendidikan agamanya “biasa-biasa saja” tidak mengenal apa itu tarbiyah, ikhtilath, ghibah, dan istilah-istilah yang lain.


Sebenarnya aku tidak pernah berkeinginan untuk dekat dengannya, karena pertimbangan beda agama. Dia seorang non muslim. Namun rayuan demi rayuannya, perjuangannya mendekatiku, janji manisnya, perhatiannya yang berlebihan dan tidak henti-henti meski selalu kutolak dengan cara yang halus, sedikit demi sedikit meluluhkan hatiku.


Gayung pun bersambut, akhirnya kuterima uluran tangannya. Waktu itu aku tidak berpikir untuk serius. Hanya sekedar pengisi waktu saja. Apalagi dia sudah banyak berkorban untukku, dan aku merasa kasihan padanya. Waktu itu aku berpikir suatu saat nanti aku akan minta putus. Mudah kan?


Hubungan kami pun berjalan secara rahasia, back street. Untuk menghindari ocehan dan desas desus penghuni kampus.


Seiring dengan waktu yang mengantar kebersamaanku dengannya, entah mengapa tanpa sadar aku sudah mulai menyukainya, mencintainya. Aku tidak tahu, apa yang telah membuatku begitu tergila-gila kepadanya. Kehidupannya juga sederhana, wajahnya malah dibawah rata-rata. Apa karena rayuannya? Kelihaiannya mengumbar rayuan gombal menjadikanku merasa tersanjung dan berbunga-bunga. Seakan-akan akulah wanita yang paling menarik di dunia ini. Di sampingnya aku selalu merasa yang terbaik. Dia sungguh pandai menggombal.


Tak pernah kusangka dan kuduga sebelumnya, hubunganku dengannya sudah melewati ambang batas moral dan norma agama.


Tragedi yang tak mungkin pernah bisa kulupakan dalam lembaran sejarah hidupku. Aku hamil. Aku tidak tahu, iblis mana yang merasukiku waktu itu. Mengapa aku bisa menjadi sehina ini? Mengorbankan sesuatu kepada seseorang yang sebenarnya tidak berhak dan tidak boleh mengusiknya.


Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak berani lagi pulang ke kampung dengan corengan hitam di wajahku. Tidak sampai di situ, entah darimana pihak birokrasi kampus mengetahui kehamilanku di luar nikah, yang berujung dengan memecatku.


Pihak kampus tidak mengetahui siapa bapak dari bayi yang kukandung. Dia mengancamku dan menyuruhku untuk tutup mulut. Aku tersudut. Entah mengapa dia sudah begitu menguasai hidupku. Seakan membuatku tak mampu bergerak.


Dan aku tidak mengerti, mengapa aku selalu menurut saja pada setiap kata dan perintahnya. Yang bisa kulakukan hanya memohon kepadanya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya terhadapku.


Ia bersedia menikahiku dengan satu syarat, aku harus keluar dari Islam dan masuk ke agamanya. Menjadi seorang non muslim sepertinya. Ternyata orang yang selama ini mencurahkan perhatiannya -yang kukira tulus untukku- adalah seorang misionaris.


Istilah ini juga baru kukenal setelah semuanya sudah terlanjur terjadi. Selama ini istilah itu hanya lewat saja di kepalaku. Masuk telinga kiri, keluarpun juga lewat telinga yang sama. Aku tidak pernah membayangkan jika aku akan menjadi korbannya. Aku tidak pernah menduga kalau istilah dan kekhawatiran sebagian kaum muslim tentang misi itu ternyata menimpa kehidupanku.


Mirisnya karena aku sudah terlanjur menjadi korbannya. Kakiku sudah sulit dan mungkin tidak bisa lagi aku tarik kembali. Yang ada di kepalaku saat itu bukan lagi tentang aqidahku, tetapi tentang makhluk kecil yang ada di rahimku. Tentang aib, tentang calon istri bayi yang aku juga mulai mencintainya. Aku tidak ingin menggugurkannya. Ia darahku dan aku ingin merasakan desahan nafasnya. Merasakan kaki-kaki kecilnya nanti akan meronta di dalam dekapanku.


Otakku sudah buntu, bagiku sudah tak ada lagi pilihan lain. Aku tidak sanggup menghadapi aib ini sendiri, imanku begitu lemah. Aku tidak mau bayiku terlahir tanpa ayah dan akan dicemooh kelak di tengah masyarakat. Ditambah lagi siapa yang akan menanggung beban ekonomi kami nanti? Sedangkan aku sudah dipecat dan menjadi salah satu dari sekian banyak pengangguran yang ada di kota ini.


Akhirnya, kuikuti keinginannya. Kujual akidahku dengan harga yang sangat murah dan tak bernilai. Kulepas jilbab yang selama ini menutup kepalaku, beralih ke agamanya, murtad dari agama Islam yang benar dan suci.


Tapi lagi-lagi, keputusanku itu bukanlah hal yang tepat. Saat ini, meskipun ia sudah berhasil menjadikanku sebagai salah satu korban misinya, ia tengah berusaha mendekati dan mengejar seorang mahasiswi, tetap di kampus yang sama. Korban misi yang berikutnya.


Aku sama sekali tidak berdaya, aku sangat lemah dan pengecut. Aku selalu ketakutan dengan ancaman-ancaman dan perlakuannya yang keras dan kasar. Aku ketakutan pada kekasaran tangannya yang selalu menyiksa tubuhku. Rasanya perih. Aku menjadi semakin lemah. Aku tak tahu mengapa harus menjadi seperti ini? Padahal bisa saja aku lari menjauh dari hidupnya. Tapi lagi-lagi tetap saja aku tidak bisa. Ada yang mengikatku dengannya, sesuatu yang tidak aku mengerti.


Tapi hatiku sedikit lega saat kudengar bahwa mahasiswi itu memiliki sahabat seorang akhwat berjilbab besar yang selalu bersamanya. Akhwat itu pastilah lebih mengerti tentang kristenisasi dan akan memahamkan dirinya. Sehingga mau tidak mau, misionaris yang saat ini sudah menjadi suamiku sulit unutk bisa mendekatinya.


Saat kisah ini dituturkan, aku masih dalam keadaan seperti ini, terkatung dalam penderitaan dan penyesalan. Penderitaanku ini mungkin adalah balasan atas dosa besar yag telah kuperbuat.


Hanya ini yang bisa kulakukan untuk para calon ibu di manapun berada. Semoga kisahku ini yang hanya berwujud tinta di atas kertas, dapat dibaca dan dijadikan sebagai pelajaran bagi seluruh perempuan -khususnya para remaja muslimah- bahwa misionaris sedang berkeliaran di sekitar kita dengan metode-metodenya yang beragam.


Selagi masih sempat, belajarlah tentang agama Allah. Jangan tunggu sampai menyesal seperti keadaanku sekarang. Jangan menunggu sampai kau merasa bingung dengan tindakan apa yang harus kau lakukan saat kehancuran kita sebagai wanita yang gagal mempertahankan kehormatannya menyapa.


Selagi muda, belajar dan belajarlah untuk memperkuat aqidah keislaman yang mulia. Kenalilah mereka dari metode-metode apa saja yang mereka gunakan. Tingkatkan kewaspadaan dan tolong sebarkan pada saudarimu yang lain. Agar tidak lagi menjadi tangis penyesalan seperti yang aku alami terhadap mereka. Agar tidak ada lagi terjadi perusakan fitrah terhadap bayi-bayi yang tak berdosa. Jika ibu mereka adalah Islam, maka insya Allah anaknya juga akan Islam.


Habiskan waktumu untuk ilmu, dan jangan kau habiskan untuk mencari-cari trend model terbaru, berjalan di mall tanpa manfaat atau menghabiskannya di kegelapan malam dengan lelaki yang kau pandang sebagai kekasih.


Mereka bukan kekasih …, tetapi serigala yang ingin menelanmu bulat-bulat. Bacalah buku-buku atau majalah-majalah Islami. Jadilah wanita yang cerdas dan tangguh. Belajarlah dari kesalahan dan kelemahanku. Belajarlah dari penyesalan dan penderitaanku. Sungguh …, apa yang kualami sangat menyakitkan. Kau akan merasa antara hidup dan mati. Tak ada lagi senyum ceria. Air matapun mengering. Selagi kau bisa meniti dan merencanakan mada depanmu.


Aku hanya bisa bercerita, setidaknya semoga engkau bisa merenung barang sedetik. Sekali lagi …, belajarlah dari hidupku!!! Dan tolong doakanlah aku semoga saja suatu saat nanti keberanian itu akan muncul dalam diriku, sehingga aku bisa kembali ke jalan-Nya yang benar.


Mudah-mudahan Allah mendengar doamu meski hanya seorang diantaranya. Tolong doakanlah aku barang semenit saja. Karena saat ini aku benar-benar merasakan ketidakberdayaan sebagai seorang wanita dan sebagai seorang manusia.


“Anakku, maafkan Ibu karena telah merusak fithrahmu, cepatlah besar untuk bisa menentukan sendiri jalan hidupmu.”
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

“Semua bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR.Bukhari)


Sumber : diketik ulang dari buku: “KARENA CINTA AKU MURTAD; kisah-kisah bertabur hikmah dan insprirasi untuk melewati episode keremajaan kamu” Suherni Syamsul, Penerbit: Gen!mirqat, hal 1-11
___

Silahkan DI TAG,,DICOPAS atau DI SHARE jika menurut saudaraku bermanfaat...

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmahnya

NB:TOLONG DISEBARKAN KPD SAUDARA MUSLIMAH LAINNYA!

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Salam santun dan keep istiqomah.

Sen^_^yum

Doa Kalbu

DI MALAM PENUH BINTANG
DI ATAS SAJADAH YANG KU BENTANG
SEDUH SEDAN SENDIRI
MENGADU PADA YANG MAHA KUASA
BETAPA NAIF DIRIKU INI
HIDUP TANPA INGAT PADA-MU
URAT NADIKU
TAU AKU HAMPA

DI MALAM PENUH PENUH BNITANG
DI BWAH SINAR BULAN PURNAMA
KU PASRAHKAN SEMUA
KELUH KESAH YANG AKU RASA
SESAK DADAKU  MENANGIS PILU
SAAT KU URAI DOSA-DOSAKU
DI HADAPAN-MU KU TIADA ARTINYA

DOA KALBU
TAK BISA AKU BENDUNG
DERAS BAK HUJAN DI GURUN SAHARA
HATIKU YANG GERSANG
TERASA OHHH TENTRAM
HANYA ENGKAU YANG TAU SIAPA AKU
TETAPKANLAH SEPERTI MALAM INI
SUCIKAN DIRIKU
SELAMA2NYA
DOA KALBU

AKU SAKIT

Aku sakit
Bila menatap matamu
Sadarku bahwa engkau bukan milikku

Aku sakit
Bila ku mengagumimu
Sadarku kau tak pernah mengagumi ku

Bangunkan aku dari tidur panjangku
Sadarkan aku dari mimpi tentangmu
Ku salah bila ku berharap padamu
Salah ku paksa kau tuk mengagumi ku

Kau tak tau perasaan ku
Dan ku tak mau kau tau

Aku sakit
Jika kau tau hatiku
Karna diriku tak berarti bagimu

Aku sakit
Bilakah kau sembuhkan aku
Tak mungkin, tak mungkin sungguh tidak mungkin

_Wali_

PENCARI JALAN MU YA ALLAH

Telah banyak yang kulewati. Jalani takdir di dunia. Tak terhitung salah menodai. Masihkah ada kesempatan. Bagiku mendekatkan hati dan cinta kasihMu.
Kuingin bersihkan diriku dari segala dosa. Yang telah kuperbuat hingga kini. Kuingin bersihkan jiwaku. Terangilah dengan segala petunjuk jalanMu.
Tiada yang ada selainMu. Yang selalu menjagaku. Meski kadang tinggalkanMu. Aku hanyalah manusia yang mencari jalanMu. Yang pasti kembali padaMu.

Belajar Keistiqomahan dari Seorang Bapak Tua Penjaja Roti “Bapak dengan batik dan koko yang lusuh”

diambil dari kisah nyata seorang sahabat

Hampir 10 bulan sudah aku tinggal di kost-kostan di daerah Matraman ini. Alhamdulillah, kost2 itu terletak di posisi strategis; dekat dengan jalan raya, banyak warung nasi murah, keamanan yg bagus, dan yang paling membuat ku harus bersyukur juga adalah lokasi kost an ku yang berada tepat di depan sebuah mesjid. Namun, ada beberapa hal juga yang membuat ku smakin bersyukur setelah berkenalan dgn beberapa orang jamaah Mesjid tersebut
            Jamaah pertama, sebut saja panggilannya Bpk Asep. Bliau berasal dari sbuah daerah di Jawa Barat. Terus terang kekagumanku kepada bpk yang sangat sederhana ini sungguh luar biasa. 10 bulan kusini, hampir kupastikan bahwa setiap ku hadir di mesjid tersebut, bpk asep juga ikut dalam sholat berjamaah di mesjid itu. Tak jarang aku harus akui, jika bpk yang sudah berumur itu sangat sering untuk hadir lebih awal dibandingkan diriku. Setiap kuedarkan pandangan ini, aku akan selalu menemui bpk ini dgn pakaian khasnya, sebuah batik dan sebuah koko yang sudah sedikit lusuh. 2 (dua) jenis pakaian tersebut yang seringkali ia gunakan dalam rangka menghadapNya dalam sholat berjamaah. Dan sepanjang ingatanku pun, tidak ada pakaian (baju) lain yg ia kenakan, selain pakaian2 tersebut.
            Perkiraan saya, Usia Bpk Asep tidak kurang dari 70 tahun. Badannya kecil dan sedikit kurus. Namun hebatnya, sepanjang pengetahuanku, bliau tidak pernah sakit yang menghalanginya utk hadir di Mesjid. Pernah suatu waktu, selama beberapa hari, Pa Asep tidak terlihat muncul di tengah2 jamaah yang ada. Kalau saya ga salah, ada seminggu lebih beliau tidak hadir berjamaah. Hal ini membuatku penasaran dan bertanya2 di dalam hati,”Ada apa gerangan dengan ‘tokoh spritualku’ ini?”  Aku hanya bisa mengira-ngira dalam hati,”Mungkin saja beliau dalam kondisi sakit”.
            Entah kenapa seminggu tanpa kehadiran Pa Asep, ku merasa sangat kehilangan sosok yang secara tidak sadar telah mempengaruhi jiwa dan fikiranku. Lapak dagangan yang biasa ia buka pun terlihat tutup. Kekagumanku kepadanya membuat ku sangat merindukan pertemuan dengannya atau minimal bisa melihat batik dan koko yang ia kenakan. Itu saja cukup untuk memberikan motivasi kepada diriku…Ya, hanya dengan melihat batik dan kokonya hati ini bisa memotivasi diriku untuk bisa meniru keistiqomahannya..ccckkkkk. Berlebihan gak ya? Menurutku bukanlah sesuatu yang berlebihan. Aku hanya mencoba belajar hidup dan kehidupan dari keistiqomahan dan kesederhanaan dari sosok Bpk Asep. Gak lebih dari itu.
            Dan satu minggu pun berlalu tanpa kehadiran Pak Asep. Sampai ketika ku sholat Magrib, Pak Asep terlihat berdiri bersama jamaah lain pada barisan shaf pertama. Tentu saja dgn ciri khasnya, dgn memakai batik lusuh. Dan ternyata setelah kutanyakan, ternyata  bliau pulang ke kampungnya di Jabar (kl ga salah ke sukabumi) untuk bertemu dengan anak istrinya
            Ya, memang benar. Kerasnya kehidupan membuat Bpk Asep yang sudah renta tersebut masih harus merantau demi menyambung kehidupan keluarganya. Sehari-hari beliau berdagang roti keliling dan menggelar lapak kecil2an, di gang sempit menuju kost2 an ku. Selepas Subuh, bliau sudah bersiap2 mengayuh sepedanya utk menjajakan roti keliling pemukiman warga. Selepas itu, kira2 pukul 10 pagi, ia telah kembali ke kost-an nya, dan mengeluarkan roti-roti tersebut untuk digelar di lapaknya.
Dengan penuh keyakinan, ia selalu menawarkan kepada setiap orang yang lewat, dgn harapan ada yang mau membeli dagangannya tersebut. Dan pekerjaan tersebut ia lakoni setiap harinya, kecuali hari hujan lebat dimana kondisinya tidak memungkinkan bliau untuk mengayuh sepedanya atau menggelar lapaknya (lapaknya juga bocor, dan tidak mampu menahan hujan jika hujannya lebat). Pernah disuatu pagi disaat hari belum terlalu terang, ketika kududuk di teras kost-an (lantai 2), pa asep terlihat lewat mengayuh sepedanya, walau cuaca pada waktu itu terlihat kurang bersahabat (gerimis yang cukup lebat)…Luar biasa perjuangan hidupnya
Namun di tengah perjuangan hidupnya tersebut, tidaklah melupakannya untuk mensyukuri setiap nikmat yang tlah ia terima. Penjaja roti yang kukenal itu bukanlah seorang penjaja kue biasa, tapi dimataku ia merupakan penjaja roti yang luar biasa. Bliau penjaja roti yang tidak pernah meninggalkan sholatnya, dan itupun dilakukan secara berjamaah. Lapak roti yang ia bukapun senantiasa ia tinggalkan begitu saja, dan bergegas pergi menuju mesjid di depan rumahku. Hebatnya juga, bliau juga sangat menjaga kebersihan pakaian lusuhnya tersebut untuk menghadapNya. Biasanya selepas sholat berjamaah, kuperhatikan ia akan mengganti bajunya tersebut dengan baju biasa, dan setelah datang lagi panggilan azan berikutnya, ia kembali mengganti pakaiannya. Ya sekali lagi, seperti biasa, kalo ga baju batik lusuh atau koko yang juga lusuh….cckkkkkkk
Ini juga yang membuatku selalu ingin membeli dagangan rotinya, walau sebenarnya kadang2 ku tidak terlalu membutuhkannya. Namun, Setiap kali kumelewati lapaknya, dan setiap ia menawarkan rotinya, entah mengapa hatiku slalu tergerak untuk mencari-cari alasan untuk bertransaksi dengannya. Dan ketokohannya juga yang membuatku kadang2 menyerahkan kembali uang kembalian pembelian rotiku kepadanya.”Makasih..Makasih nak……”, ungkapmu penuh getar sembari sedikit membungkuk ketika suatu ketika kuberikan sedikit uang kembalian buatnya. Itupun tidaklah banyak, hanya Rp 2500,-…Nilai uang yang tidak seberapa dibandingkan dgn yang dikeluarkan banyak orang kaum menengah Indonesia saat ini. Jadi inget konser Super Junior, kaum menengah bangsaku, rela berdesak2an dan ngeluarin uang utk pembelian tiket Rp 500.000 – Rp 2.000.000,. Padahal katanya sih Cuma LIPSING doang, bukan nyanyi beneranJ. Atau rela antri2 berpuluh2 jam untuk mendapatkan sebuah keluaran terbaru jenis HP tertentu, Hp yang juga mengambil kekayaan bangsaku melalui pulsa, tanpa mau mengikuti regulasi yang ada…HmmmmmmmJ
Kadangkala yang jadi pertanyaan bagi kita semua adalah, bagaimana jika kita dihadapkan dengan kondisi Bpk Asep yang dipenuhi dgn kegetiran hidup? Apakah masih bisa dan kuat untuk tsiqoh ‘percaya’ kepadaNya. Atau jangan2 kita sudah tak perduli dengan ibadah dan keyakinan yang kita anut karna mengganggap Allah SWT tidaklah adil dalam distribusi rejeki kepada hambanya??? Atau karna kegetiran hidup dan kesibukan dunia terkadang juga menjadi alasan dan  membuat kita lupa untuk beribadah kepadaNya..Wallahu alam...
Yang jelas, Bpk Asep dengan keterbatasan dan kerasnya hidup yang ia jalani setiap hari, ternyata tidak membuat ia putus asa untuk selalu menengadahkan tangannya setiap sholat dan bermunajat kepadaNya. Bagi bliau, jelas sangat sulit untuk berbicara tabungan atau cadangan uang untuk makan di keesokan harinya. Namun, anehnya, banyak yang mempunyai kehidupan berbanding terbalik dgn kehidupan Asep, justru malah enggan beribadah kepadaNya. Bagi orang-orang yang diberikan kekayaan yang cukup, jabatan yang tinggi, gaji dan tunjangan yang diterima setiap bulannya, usaha yang mapan, ladang dan sawah yang luas, dll, atau siapaun dan apaun kondisi kehidupan kita, seharusnya bisa belajar syukur dari bapak tua yang sederhana penjaja roti ini.
Skali lagi, pak Asep salah satu tokoh spritualku di universitas kehidupan ini. Bliau bukan penjaja roti biasa, tapi penjaja roti yang luar biasa yang tanpa ia sadari mungkin telah banyak menjadi guru bagi banyak orang di sekitarnya..Banyak hal yang harus kucontoh dan kutiru tentang aplikasi materi ruhiyahnya; Materi kesederhanaan dan materi keistiqomahan ... to be continued:) 

Mudah2 an juga tambahan batik dan koko baginya bisa terwujud dalam waktu dekat
(Bersambung)

Surat Untuk Calon Ibu Mertua ku


Surat Untuk Calon Ibu Mertua ku…….

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Sebelum saya terus menggores kata dalam tulisan ini..
ijinkan lah saya memperkenalkan diri terlebih dahulu
duhai calon ibu mertuaku…..

Perkenalkanlah saya adalah wanita biasa dengan kepribadian yang teramat biasa
dan dari kalangan keluarga yang biasa saja…
Saya bukanlah Khadijah ra, Seorang wanita yang luar biasa dalam Sejarah wanita islam…dan teramat Mulia
Saya bukanlah Aisyah ra, Seorang yang utama dalam ketakwaannya…..
Bukan pula Fatimah Az Zahra yang sangat utama dalam Ketabahannya……..
Tidak pula seperti Zulaikha yang teramat sangat cantiknya……….
Apalagi al Khansa yang sangat pandai mendidik mujahid – mujahid kecilnya…….
Tapi..Seperti yang saya katakan.,saya hanya wanita biasa,…
Dengan ketakwaan yang biasa….
Ketabahan yang tak seberapa…..
Dan kecantikkan saya pun tak pantas di perhitungkan….
Namun ibu,….
Saya adalah wanita akhir zaman,….
Yang punya cita – cita, menjadi wanita Sholehah…
Yang akan berusaha mengabdi pada calon Suamiku
dan juga padamu…..Calon Ibu mertuaku….
Saya bukanlah musuh mu yang hendak merebut perhatian dan kasih sayang anakmu….
Tapi saya akan menjadi rekan mu untuk memberikan kasih sayang pada anak mu..
Dan kelak pada mujahid – mujahida ku, calon cucu mu duhai ibu…..
Engkau tak perlu khawatir ibu,…
Saya tak akan memonopoli perhatian anak mu…
Justru saya akan menjadikannya lebih taat padamu….
Karena akan saya katakan padanya bahwa….
engkau lah yang utama patut mendapat perhatiannya lalu saya…
Saya pun tak akan marah jika engkau membantu mengatur rumah tangga ku..
Karena sebagai wanita yang baru menikah patutlah saya belajar darimu yang berlimbah pengalaman….
Dan engkau yang lebih tau keinginan anakmu…..
Duhai, Calon ibu mertuaku….
Saya harap kita bisa menjadi rekan yang baik…
Karena pernikahan adalah membuka tabir rahasia antara aku dan anakmu…
Butuh banyak kesabaran untuk menghadapi banyaknya kejutan – kejutan dari perbedaan antara kami….
Saya berharap engkau dapat menjadi penasehat jika ku sedang dalam ke alpaan…
Menjadi pendegar yang setia saat saya ingin berbagi….
Karena sekali lagi saya bukanlah siti hajar yang sabar dalam penderitaan….
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Calon Menantumu….
(¯`v´¯)♥ Aamiin ya Robbal 'alamiin ♥ (¯`v´¯)
♥♥♥…….…….……...♥ •.¸.•´♥………….…♥♥♥
♥♥♥───────────────█─█──────♥♥♥
♥♥♥──────████──█──█─█──────♥♥♥
♥♥♥──────█──█──█──█─█──────♥♥♥
♥♥♥──────████──█──█─█──────♥♥♥
♥♥♥─────────███████─█──────♥♥♥
`·.¸.·`(´'`v´'`)♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥(´'`v´'`)`·.¸.·`
...♥♥..♥`•.¸.•´(¯`v´¯)(¯`v´¯)`•.¸.•´♥..♥♥...
`*•.¸¸.•*✿Menebar Senyum & Dakwah Merajut Ukhuwah `*•.¸¸.•*✿

FENOMENA MEMAJANG PHOTO DI FB!

Suatu hari saat chatting YM, saat aku belum memiliki akun FB..
”Ada FB ga?”
”Ga ada. Adanya blog multiply. perempuanlangitbiru.multiply.com..”
Tak berapa lama kemudian.
”Kok foto di MPmu (multiply, red), anak kecil semuanya siih? Fotomu mana?”, tanya seorang akhwat yang baru dikenal dari forum radiopengajian.com.
”Itu semua foto keponakanku yang lucu..”, jawabku.
Suatu hari di pertemuan bulanan arisan keluarga..
"De' kok di FBmu ga ada fotomu siih?" tanya kakak sepupu yang baru aja ngeadd FB-ku.
"Hehe.. Ntar banyak fansnya.." jawabku singkat sambil nyengir.
Suatu siang di pertemuan pekanan..
"Kak, foto yang aku tag di FB diremove ya? Kenapa kak?" tanya seorang  adik yang hanya berbeda setahun dibawahku..
"He.." jawabku sambil senyum nyengir yang agak maksa.
Suatu malam di rumah seorang murid.
”FBmu apa? Saya add ya..” tanya bapak dari muridku.
Setelah add FBku sang bapak bertanya, ”Kok ga ada fotonya siih?”
Aku hanya bisa ber-hehe-ria.
Dari beberapa kejadian itu, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa yang pertama kali dilihat orang ketika meng-add FB seseorang adalah fotonya. Entahlah apa alasannya, mungkin memang ingin tahu bagaimana wajah sang pemilik akun FB, padahal kan yang di add biasanya yang sudah dikenal. Lantas jika memang sang empunya akun tidak memajang foto dirinya di FB, langsung deh jadi bahan pertanyaan, bahkan untuk seorang akhwat sekalipun.
Jika ditilik-tilik, fenomena foto akhwat yang bertebaran di dunia maya nampaknya sudah bukan barang asing lagi. Kita dengan mudah menemuinya termasuk di FB. FB yang merupakan suatu situs jejaring sosial begitu berdampak besar bagi pergaulan masyarakat dunia, pun termasuk pergaulan di dunia  ikhwan akhwat.
Maraknya foto akhwat yang bertebaran di FB, membuat LDK (Lembaga Da’wah Kampus) suatu kampus ternama harus membuat peraturan yaitu tidak memperbolehkan akhwat aktivis da’wah kampus memajang foto dirinya di FB. Tentu saja banyak reaksi yang muncul dari peraturan dan kebijakan itu, mulai dari yang taat menerima dengan lapang dada sampai ada juga yang mem’bandel’. Namun apalah arti sebuah peraturan jika memang kita tidak mengetahui fungsi dan tujuannya dengan benar, dapat dipastikan peraturan hanya untuk dilanggar jika ditegakkan tanpa kepahaman.
***
Di suatu pertemuan para akhwat aktivis da’wah kampus..
”Ayolaaah, foto bareng..” rayuku sebagai fotografer ketika terheran-heran melihat seorang akhwat yang tidak mau ikut foto, menjauhi kumpulan akhwat yang siap-siap berpose.
Selidik punya selidik ternyata akhwat tersebut kapok untuk difoto karena fotonya beredar di FB padahal dia ga punya FB. Fotonya bisa beredar di FB karena teman-teman satu jurusan mengunduh foto momen bersama di FB yang tentu saja ada dirinya di dalam foto itu. Padahal saat itu, aku belum punya FB (hanya memiliki blog di multiply) dan tidak terbersit sedikit pun berniat untuk mempublish foto itu di dunia maya, yaaa hanya untuk disimpan di folder pribadiku. Foto kebersamaan dengan para saudari seperjuangan yang bisa membangkitkan semangat di saat-saat tak bersemangat, hanya dengan melihatnya.
Jika diperhatikan dengan seksama, ternyata benar bahwa orang-orang termasuk akhwat sudah terbiasa berkata, ”Nanti jangan lupa di upload n di tag in di FB ya..” setelah melakukan foto bersama.
Benar saja! Di suatu kesempatan berselancar di dunia maya, di saat aku akhirnya memutuskan membuat akun FB, melihat-lihat, berkunjung ke FB para akhwat, dan ternyata benar saja foto-foto akhwat dengan mudah dilihat para pengguna FB yang telah menjadi temannya. Aku yang memiliki kepribadian idealis-pemimpi agak terkejut juga melihat hal itu, secara baru terjun di dunia perFBan.
Terkejut karena kecantikan para akhwat dengan mudah dinikmati oleh orang lain. Aku agak bingung juga harus bagaimana melihat fenomena akhwat facebook-ers. Ada kekhawatiran apakah terlalu idealisnya pikiranku yang mungkin sebenarnya mengunduh foto sudah menjadi hal yang biasa saja di kalangan para akhwat. Itulah realita yang ada. Entah apa yang melatarbelakangi para akhwat akhirnya mengunduh foto pribadinya atau bersama rekan-rekannya di FB.
Hingga akhirnya pada suatu hari, terjadilah sebuah percakapan:
”Kenapa siih yang dilarang majang foto itu cuma akhwat? Kenapa ikhwan juga ga dilarang?? Bukannya sama aja ya? Sama-sama bakalan dinikmati kecantikan atau kegantengannya kan?” tanyaku bertubi-tubi kepada seorang saudari yang sepemikiran denganku tentang fenomena foto akhwat di FB.
”Ya beda-lah.. Coba kita liat para cewek yang ngefans sama artis-artis cowok Korea, mereka cuma ngeliat cowok Korea itu sekadar suka-suka yang berlebihan.. Udaaaah, hanya sebatas suka ngeliat. Tapi kalo cowok yang ngeliat foto cewek, itu beda. Kamu tau kan kalo daya lihat para cowok itu berbeda? Ada pemikiran-pemikiran tertentu dari para cowok ketika melihat seorang cewek bahkan hanya sekadar foto.”
Hmm.. yayaya.. Memang aku pernah mendengar bahwa daya lihat seorang laki-laki itu 3 dimensi. Laki-laki bisa membayangkan dan memikirkan hal-hal yang abstrak diluar dari yang dia lihat. Bahkan katanya lagi, seorang laki-laki bisa saja memikirkan seorang perempuan tanpa berbusana hanya karena melihat seorang perempuan yang berbusana mini berlalu di hadapannya. Namun kebenaran itu belum bisa kubuktikan karena aku hanyalah seorang perempuan biasa bukan seorang laki-laki.
Pantas saja Allah memerintahkan kita untuk menahan pandangan, seperti dalam firman-NYA:
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. . . . .” (QS. An-Nuur [24] : 30-31)
Ayat ini turun saat Nabi Shalallahu a’laihi wassalam pernah memalingkan muka anak pamannya, al-Fadhl bin Abbas, ketika beliau melihat al-Fadhl berlama-lama memandang wanita Khats’amiyah pada waktu haji. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa al-Fadhl bertanya kepada Rasulullah Shalallahu a’laihi wassalam, “Mengapa engkau palingkan muka anak pamanmu?” Beliau Shalallahu a’laihi wassalam menjawab, “Saya melihat seorang pemuda dan seorang pemudi, maka saya tidak merasa aman akan gangguan setan terhadap mereka.”
Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa yang diperintahkan untuk menahan pandangan bukan saja laki-laki namun juga perempuan. Untuk itu, sudah seharusnya kita menjaga pandangan dari hal-hal yang tidak seharusnya kita pandang.
Lalu apa hubungannya dengan pemajangan foto di dunia maya?
Jika dulu kasus menjaga pandangan hanya karena bertemu dan bertatap langsung, namun saat ini sudah lebih canggih lagi, tanpa bertemu dan bertatap pun, godaan menahan pandangan itu tetap ada. Ya! Bisa jadi dengan banyaknya bertebaran foto akhwat di dunia maya, itulah godaan terbesar. Buat para ikhwan, harus mampu menahan pandangan di saat berselancar di dunia maya, di saat-saat kesendirian berada di depan layar komputer ataupun laptop. Kondisikan hati terpaut dengan Allah saat-saat kesendirian, jangan sampai kita menikmati foto akhwat yang bertebaran di dunia maya. Buat para akhwat, yang memang merupakan godaan terbesar bagi para ikhwan, akankah kita terus menciptakan peluang untuk membuat para ikhwan ter’paksa’ memandangi foto-foto pribadi kita?
***
Kejadian demi kejadian yang kutemukan di dunia maya begitu banyak menyadarkanku akan pentingnya seorang akhwat menjaga dirinya untuk tidak mudah mengupload foto dirinya di dunia maya.
Beberapa hari belakangan ini, ketika sedang mencari desain kebaya wisuda untuk muslimah berjilbab di mesin pencari google, diri ini dipertemukan dengan sebuah blog yang bernama 'jilbab lovers'. Pecinta jilbab. Ya! Sesuai namanya, di blog itu berisi hampir semuanya adalah foto-foto muslimah berjilbab dengan berbagai pose. Di antara beberapa foto muslimah berjilbab itu, aku temukan 3 komentar yang mengomentari foto seorang gadis, aku akui gadis dalam foto itu sungguh cantik, memenuhi kriteria wanita cantik yang biasanya dikatakan sebagian besar orang. Beginilah kurang lebih komentar 3 orang laki-laki pada foto gadis itu dengan sedikit perubahan:
”Itu baru namanya gadis .. cantik nan islami.. sempuuuuurnaaaa... salam kenal..”
”Subhanallah ada juga makhluk Allah seperti ini ya..”
”Subhanallah..”
Jika kita lihat ke-3 komentar diatas, bisa dilihat bahwa komentarnya begitu islami dengan kata-kata Subhanallah namun juga menyiratkan bahwa sang komentator begitu menikmati kecantikan sang gadis di dalam foto. Hal ini menandakan bahwa siapapun yang melihat foto itu memang pada akhirnya akan menikmati kecantikan sang gadis berjilbab. Allahurobbi, akankah kita -para akhwat- rela jika kecantikan diri kita dapat dengan bebas dinikmati oleh orang lain yang belum halal bagi kita bahkan belum kita kenal?
Mungkin akan ada sebagian dari kita -para akhwat- yang akan menepisnya, ”Aaahh,, itu kan foto close up. Kalo foto bareng-bareng ya gpp donk?”
Hmm.. ada satu lagi yang kutemukan di dunia maya mengenai foto muslimah berjilbab. Pernah suatu hari, ketika diri ini mencari gambar kartun akhwat untuk sebuah publikasi acara LDF (Lembaga Da’wah Fakultas) di mbah google, kutemukan foto muslimah berjilbab yang sudah diedit sedemikian rupa hingga menjadi sebuah gambar porno. Memang gambar itu tidak kutemukan langsung diawal-awal halaman pencarian google, tapi berada di halaman kesekian puluh dari hasil pencarian keyword yang aku masukkan. Terlihat foto wajah sang muslimah begitu kecil (kuduga dicrop dari sebuah foto) dan dibagian bawah wajah sang muslimah berjilbab diedit dengan dipasangkan foto/gambar sesuatu yang seharusnya tidak diperlihatkan. Naudzubillahimindzalik..
Bagaimana perasaan kita jika seandainya melihat foto diri kita sendiri yang sudah diedit menjadi gambar porno dan dinikmati oleh orang banyak di dunia maya? Atau bagaimana perasaan kita jika ada kerabat dekat yang melihat foto kita yang sudah diedit sedemikian rupa menjadi gambar porno?
Semoga saja hal ini tidak menimpa diri kita. Ya Rabb,, bantu kami –para akhwat- untuk menjaga kemuliaan diri kami..
Mungkin kita bisa mengambil teladan dari kejadian di bawah ini...
Suatu ketika, diri ini menemukan blog (multiply, red) seorang ustadz. Dalam blog itu, terlihat foto sang ustadz bersama ketiga anaknya yang masih kecil, tanpa terlihat ada istrinya. Di bawah foto itu diberi keterangan, ”mohon maaf tidak menampilkan foto istri saya..”
Dari situ aku ambil kesimpulan bahwa sang ustadz sepertinya memang tidak ingin menampilkan foto sang istri. Bisa jadi karena begitu besar cintanya terhadap sang istri, maka tak boleh ada yang menikmati kecantikan sang istri selain dirinya, begitu dijaga sekali kemuliaan istrinya. Ya Rabb, semoga kami -para akhwat- bisa menjaga kemuliaan diri kami..
Mungkin kita bisa mengambil hikmah dari kejadian di bawah ini...
Baru saja kemarin, di perkampungan multiply, MP, ada berita bahwa ada seorang ikhwan yang tiba-tiba minta ta’aruf dengan seorang akhwat padahal belum kenal sang akhwat dan hanya melihat foto sang akhwat di FB. Huufffhh.. ada-ada aja..
Jika diliat dari akar masalahnya mungkin berasal dari foto sang akhwat di FB, bukan begitu?
Jadi, apa yang akan kita –para akhwat- lakukan setelah ini?
***
Tulisan ini dipublish terutama ditujukan pada diri sendiri sebagai seorang akhwat serta untuk saling mengingatkan para facebookers yang lain. Semoga kita bisa menjaga kemuliaan diri kita sebagai seorang akhwat ketika berada di dunia maya.
”Kejahatan itu bukan hanya sekadar berasal dari niat seseorang untuk berbuat jahat tapi karena ada kesempatan. Waspadalah.. Waspadalah..”
Semangat bermanfaat!
Jadikan dunia maya sebagai ladang amal kita
###
Penulis bernama LhinBlue, seorang staf di biro PPSDM (Pengembangan dan Pembinaan Sumber Daya Muslim) SALAM UI, yang baru saja menyelesaikan studi S1 di Kimia FMIPA UI
Mahasiswi Kimia FMIPA UI 2006
http://perempuanlangitbiru.multiply.com
ERAMUSLIM > MUSLIMAH
http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/fenomena-akhwat-facebook-ers.htm
Publikasi: Senin, 10/01/2011 11:07 WIB

"SELALU ADA RENCANA INDAH UNTUK MU"

di posting dari catatan Rahmatul Husna Arsyah

 Sang Kuasa selalu punya rencana indah untuk kita umatNya
Sesekali langsung membahagiakan hati…
Terkadang sejenak bertentangan dengan harap
Kau hanya perlu mensyukuri dan merenungi

Usah kau terus mempertanyakan, buang semua logika
Berdoalah senantiasa… dan syukuri baik buruk yang kau rasa
Saat kau berniat baik dan meminta yang terbaik, itulah yang kan Dia beri
Terkadang seketika… seringkali harus lalui hari yang menguji hati

Selalu ada rencana indah untukmu
Walau seringkali kau melupakanNya
Selalu ada rencana indah bagimu
Jika kau terus meminta padaNya
>>wsi

CINTA SEORANG AKHWAT

Aku mengagumimu.. mengagumi perangaimu.. tapi kekagumanku ini harus terpendam karena aku tak ingin engkau menjadi sombong karena pujianku, dan harus aku pendam karena aku tak ingin pujianku terlontar kepada orang yang belum halal bagiku.

Pahamilah wahai insan yang baik, selamanya aku hanya akan diam bersama dengan perasaanku kepadamu karena yang aku pilih bukanlah insan ya...ng aku cintai, tetapi insan yang paling mencintaiku, dan jika engkau yang mencintaiku, maka pinanglah aku semata-mata karena Allah.

Wahai insan, jika engkau mencintaiku, janganlah engkau katakan dihadapanku karena aku tak ingin terlena oleh kata-katamu, dan aku tak ingin syaitan mendekatkan aku dengan perbuatan-perbuatan yang nantinya menjadikan aku hamba yang dzolim.

Jika benar engkau menginginkan aku menjadi permaisurimu, sampaikanlah niatmu itu dihadapan keluargaku, dan katakan kepada mereka bahwa engkau dengan segera akan meminang diriku untuk menjadi permaisurimu.

Namun aku pinta kepadamu, janganlah engkau datang bila engkau masih belum mampu menjadi imam bagiku, bukannya aku pemilih, tetapi aku juga wanita yang lemah, wanita yang butuh pembimbing menuju rahmat Allah.

Bagaimana mungkin aku menjadi istri yang patuh bila perintahmu akan melanggar AturanNya, bagaimana mungkin aku bisa memperlakukanmu seindah mungkin sementara engkau sendiri tidak dapat menjadi imam bagiku.

Wahai insan, persiapkanlah dirimu menjadi imam sebelum engkau memutuskan mencintaiku karena cintamu akan menjadi sia-sia bila engkau tak mampu menjadi imamku. Akan aku tolak pinanganmu bila engkau datang hanya bermodalkan cinta yang semu.

≈≈≈

Ya Allah.. hamba tidak bermaksud pemilih, tetapi Engkau tahu bahwa hamba butuh imam menuju Syurga-Mu, dan aku tak ingin menjadikan pernikahanku adalah jalan menuju Murka-Mu.

Ya Allah.. karuniakanlah kepadaku calon imam yang baik, imam yang akan membimbingku di jalan yang Engkau ridhoi, jalan yang senantiasa penuh dengan Keberkahan-Mu.

Ya Allah.. jauhkanlah hamba dari perasaan cinta yang semu, cinta yang hanya akan menjerumuskan aku dalam dosa, cinta yang hanya akan menjauhkan aku Dengan-Mu, dan jauhkanlah aku dari cinta yang hanya akan membuatku terluka.

Ya Allah.. permudahlah pertemuanku dengan jodohku, kuatkanlah imannya dalam pencarian cintanya, janganlah Engkau biarkan dirinya terlena cinta yang sesaat, dan berikanlah keberkahan dalam setiap upaya-upayanya agar kelak kebersamaan kami penuh Berkah-Mu.

Amin Ya Robb..

DAKWAH mendadak WAH !!!!!

Dulu gue anak gaul gitoe. Terus cowok yang ngajakin gue ngaji. Ih, tuh temen-temen ceweknya pake kerudung gwede banget kaya mukena yang dipake Enyak gue sholat. Nah, terus, cowoknya nih bejenggot. Nampak anggun ama celana kainnya, kagak pake jins kayak Si Badrun temen gue yang amburadul. “Ye, gue amah nggak pernah ngaji bro”… ngaji terakhir dulu pas keluar SD. Kemari-marinya nggak banget deh ngaji. Mending gue ngeband bareng the Gank.
Hmm, pas gue kongkow depan kampus sore ono noh. Dia dateng lagi. Iiiih, ngapain sih mikirin gue. Anak bukan, sodara apalagi. Enyak ama Babeh juga nggak peduliin gue. Sibuuk! Nah, loe. Balik lagi, balik lagi ngerayu gue buat ikut pengajian loe. Lama-kelamaan gue kasihan juga liat muka loe. Kepaksa deh gue nimbrung bareng temen-temen loe yang murah senyum ntuh. Semuanya kaget liat gaya gue yang gahol (baca: gaul) gini. Sering ketemu aja, kalian tetep cipika-cipiki plus salaman erat-erat. Hmm, ribet amat yak?
Huuh, panas lama-lama gue di sini. Kagak ngarti lagi apa yang noh Ustadz omongin. Akhirnya gue milih meremin nih mata. Ngantuk abis, dugem semaleman sambil ngedrugs. Pas gue bangun, tuh Ustadz uda Wassalamualaikum aja. Padahal gue juga penasaran sebenernya, pengen tau ngebahas paan nih pengajian. Ah, tapi ya udah lah. Lagian gue kasihan aja ma si Iwan. Yang gak da bosennya ngajakin gue ngaji. Nah, beres ngaji gue pulang. Pengen ngilangin sisa kantuk gue.
Pas gue pulang, tau-tau di rumah rame banget tuh. Banyak orang, tapi kok pada nangis ya? Gue lari. Pas nyampe pintu Gue shock banget tuh. Enyak bareng adek-adek matanya pada sembab. Terus gue masuk aja ke rumah, dan ternyata Babeh gue meninggal. Lutut ini tiba-tiba lemes, mata gue bekaca-kaca. Apaan ini? Gue juga kagak ngerti. Babeh orang baek, babeh Ustadz, babeh pekerja keras. Tapi gue kagak pernah dengerin Babeh. Siang tadi katanya Babeh kecelakaan. Sampe akhirnya meninggal. Dada gue mulai nyesek, rasa kantuk gue pecah dan nggak tahu apa yang  gue rasain saat itu. Gue sayang Babeeh. Enyak jangan sedih yak. Gue pasti berubah. Gue kagak bakal nyusahin Enyak. Nah, pas gitu si Iwan dateng bareng temen-temenya. The Gank juga.
Besok-besok gue sering curhat tuh ke Si Iwan. Dia baek banget. The Gank kagak suka liat gue gabung bareng si iwan terus. Aaah, tapi gue kagak peduli. Gue pengen berubah, gue pengen ninggalin masa-masa lalu. Kesenangan yang menipu. Nah, tuh si Iwan setia banget am ague. Ngajakin gue Sholat, ngaji bareng deesbe. Gue juga masih penasaran kenapa dia baik banget ama gue. Dia bilang Rasulullah saw bersabda ”Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam rasa cinta mereka, kasih sayang mereka dan kemesraan mereka seperti badan yang satu apabila sebahagian dari anggotanya mengadu sakit, maka bersama-samalah seluruh anggotanya dengan berjaga dan sakit”. Merinding gue dengerin si Iwan ngucapin tuh kata-kata. Pas ntuh tuh si Iwan ngenalin gue ama Dakwah. Dari situ gue baru tahu kalo DAKWAH itu mendaDAK WAH!
Gue dulu gahol en gabung bareng The Gank nama kumpulan gue, nah sekarang mendaDAK IkhWAH. Dari situ juga gue baru tau kalo cowok yang ngajak gue ngaji tuh bukan Iwan namanya. Ikhwan. Itu sebutan buat cowok-cowok di kalangan ikhwah. Gue juga pernah denger nama Ikhwanul Muslimin. Nah, menurut sumber yang gue baca Ikhwanul Muslimin itu Ikhwanul Muslimin adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah, hidup di bawah naungan Islam, seperti yang diturunkan Allah kepada Rasulullah saw, dan diserukan oleh para salafush-shalih, bekerja dengannya dan untuknya, keyakinan yang bersih menghujam dalam sanubari, pemahaman yang benar yang merasuk dalam akal dan fikrah, syariah yang mengatur al-jawarih (anggota tubuh), perilaku dan politik.
Di kemudian hari, gerakan Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia. Masa-masa awal Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna. Lama-lama gue ngerasa nyaman en aman dengan perubahan gue.
Ternyata DAKWAH, membuat gue mendaDAK WAH…dulu gue ngerasa di The Gank solid banget. Tapi gue nggak pernah dapetin ketenangan. Di sini? mendaDAK berukhuWAH. Ukhuwah, gue ngerasa punya saudara baru. Oh ternyata Ukhuwah itu Sabda baginda lagi:
“Seorang muslim adalah bersaudara dengan muslim yang lain, dia tidak menzhalimi, tidak membiarkannya dan tidak menyerahkannya kepada bahaya. Barangsiapa menolong saudaranya, Allah akan menolongnya. Barangsiapa melepaskan saudaranya dari satu kesusahan, Allah melepaskannya dari satu kesulitan malah berbagai-bagai kesulitan pada hari kiamat, barangsiapa menutup rahasia, cacat cela (keaiban) seorang muslim, Allah menutup keaibannya pada hari kiamat”. Oleh karena itu hai saudaraku, kenalilah saudara-saudaramu, bersatu-padulah, nasihat menasihatilah dan tegur menegurlah dengan cara terbuka. Tanggung menanggunglah dan berkasih sayanglah, dan jadilah kamu bersaudara (pesan salah satu buku).
Karena dulu bareng The Gank gue punya idola artis-artis banyak banget. Sampe gue pake rambut gaya tuh Afgan, bajunya semuanya. Tapi ternyata sekarang gue mendaDAK berqudWAH. Hmm, qudwah ntu orang yang bisa dijadikan suri tauladan karena sifat-sifat terpujinya. Itu menurut gue. En qudwah gue saat ini dan seterusnya adalah Rasulullah saw.
Sungguh ternyata jalan DAKWAH itu indah. Walaupun belum gue temui masa bertaburan bunga. Gue juga nyadar gue bukan mujahidin layaknya sahabat Rasulullah di masa lalu. Yang keimanan mereka Nampak terperti dalam setiap langkah, nafas dan hidup mereka. Gue hanya manusia kotor, hina dan penuh dosa yang terus nyoba agar lebih baik. Dulu kerjaan gue Cuma kongkow, ngeband, jalan sana-mari kagak jelas. Lagi, lagi karena DAKWAH gue mendaDAK tahu tilaWAH. Semua jadi serba baru dengan DAKWAH. Kegalauan gue meleDAK dan WAH indah.
Satu hal yang terus gue inget kata-kata Hasan Al-Banna yang menginspirasi “akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagi tanah air di bawah naungan Islam yang hanif. Ia pun berseru: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagiNya. Kepada yang demikian itulah aku di perintahkan dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri”
Haaah, semua mendaDAK WAH!